Kamu tertawa, tapi dengan jelas aku bisa melihat air mata
yang tidak sempat mengembang. Tertahan. Atau lebih tepatnya ditahan. Dan
air mata yang tidak sempat menggenang tersebut ternyata bukan satu-satunya hal
yang ditahan di malam hari itu. Afeksi yang membanjiri hatiku juga harus
dibendung supaya tidak jebol dan menyapu apa yang sudah kita punya saat ini,
sesuatu yang terlalu berharga untuk dipertaruhkan hanya karena saya berharap
afeksi itu tidak berjalan satu arah.
"Kita akan terus mencintai setelah disakiti. Tapi kita akan mencintai dengan cara yang berbeda, tidak akan pernah sama lagi."* Begitulah saya mencintaimu sekarang. Dengan segala ketidaktahuan saya mengenai dirimu di balik selapis ekspresi wajah serupa topeng gareng yang tidak pernah berhenti tersenyum, dengan segala ketakutan saya akan datangnya rasa nyeri dan kehilangan yang meninggalkan sesak berkepanjangan.
Aku dan kamu. Air mata yang menggenang. Perasaan. Sesuatu yang (entah sampai kapan) akan terus ditahan.
"Kita akan terus mencintai setelah disakiti. Tapi kita akan mencintai dengan cara yang berbeda, tidak akan pernah sama lagi."* Begitulah saya mencintaimu sekarang. Dengan segala ketidaktahuan saya mengenai dirimu di balik selapis ekspresi wajah serupa topeng gareng yang tidak pernah berhenti tersenyum, dengan segala ketakutan saya akan datangnya rasa nyeri dan kehilangan yang meninggalkan sesak berkepanjangan.
Aku dan kamu. Air mata yang menggenang. Perasaan. Sesuatu yang (entah sampai kapan) akan terus ditahan.
12 Agustus 2015
@albert_karwur