Aroma yang kau
sebar, bukan yang kusukai. Baunya bukan seperti ini, lebih lembut; yang ini
rasanya seperti bau pohon cemara ditengah hujan gerimis. Pilu, seolah berwarna
biru. Bau ini terasa pekat di hidungku, sangat menyengat; tidak seperti raut di
wajahmu. Jangan kau gambarkan tawa dengan bau ini, terasa munafik.
Darimanakah kau
dapat wewangian ini? Kudengar parfum ini kau dapati dari kios di persimpangan
jalan menuju tugu tua. Kuakui, parfum buatan kios tersebut banyak disukai
orang, hanya saja tidak cocok denganmu. Ini terlalu pekat dengan bahan-bahan
anorganik; mungkin saja sudah tercampur dari bahan-bahan yang dapat merusak
kulitmu.
Lihat mukamu,
palsu bukan? Sudahlah, jangan menangis. Aku sudah tau reaksimu akan begitu, klasik
sekali. Aku tidak marah kok. Kenapa sedih ? Kau rindu dirimu yang lama bukan ?
Beruntungnya aku
sudah siapkan resep parfummu itu, karena aku sangat suka itu. Bahan-bahannya
organik, langsung dari taman desa kok. Kau hanya butuh 3 buah jahe pertemanan,
2 siung bawang semangat, dan setetes madu kekeluargaan; rebus dengan daun tawa.
Jadilah parfumnya; kini, semprotkan saja sekali ke tubuhmu.
Harum kan?
Kenapa hanya menyengir?
Kau pasti senang kan?
Aku sudah tau reaksimu akan
begitu, klasik sekali.
@albert_karwur
13 January 2014