Friday, July 19, 2013

Kebun Sayur


Bagaimana rasa kematian ? darah pekat mengucur derasnya dari pergelangan nadi, nikmat bukan ? Kau hanya seonggok beban yang membawaku kemari. Entah sejak kapan aku jadi begini. Kita dulu pernah saling bertanya : "Apa yang kau inginkan saat kita menikah ?". Kita berandai sampai lupa matahari telah tenggelam mengingatkan kita untuk pulang. Dulu, dulu sekali, kau pernah memintaku satu hal. Sederhana saja, untuk menjaga hati ini. Aku bukan seorang borjuis yang bisa membawamu kemanapun kau mau, dengan moge-moge yang kau dambakan. Aku bukan seorang dermawan yang limpah ruah hartanya. Kekayaanku hanya vespa butut dan hatiku ini. Tapi tak kau biarkan hati ini murni, semua kotor sudah. Kebun impian kita telah rusak, tomat tidak lagi segar, dan mangga tidak akan pernah ranum lagi. Tidak akan ada benih labu yang bertebaran. Ataupun bunga anggrek kesukaanmu bermekaran. Aku sudah muak dengan kebun kita, penuh dengan racun.

Terbuai dengan dunia dan tenggelam dalam lautan mimpi. Kau terus bawaku dalam bayang palsu. Rusak semua. Hilang, tanpa bekas. Aku akan jadi bajingan dan kaupun begitu, kita tidak akan pernah memperbaiki satu sama lain. Kau bukan gerigi yang kucari selama ini, akupun tidak akan melengkapimu. Kita hanya diijinkan yang kuasa bercermin. Kau dan aku sama, membatu. Kita tidak akan bisa begini, dan aku tidak akan tahan melihatmu membatu. Jadi kuijinkan kau keluar dari taman indah ini. Bukan sebuah ijin, ini sebuah pengusiran karena aku tau tidak akan ramah lagi kenangan di kebun sayur kita. Selangkah kau keluar dan akan kubakar kebun ini. Agar kau selamat dan dapat mencari ladang baru yang sekiranya dapat tumbuh sayur dan buah yang kau cari, aku bukan apel itu. Pergilah, sejauh mungkin dari pandanganku. Agar tak ada lagi isak tangis itu, dan biar terbakar buku kita dengan kebun. Kini rasakanlah dingin dunia tanpa hangatnya vespa bututku dan hati kotorku. Biar kubersihkan hati bernoda ini agar kelak dapat kutemui wanita dengan gerigi kepunyaanku. Biar kucari kebebasanku dan menjadi tenang dengan para penjual lain di pasar. Nantinya akan kudapati pembeli yang pas harganya buatku, dan akan kubuat kebun baru. Yang akan jauh lebih ranum buahnya. Hingga kematian akhirnya datang dan takkan ada lagi penyesalan.

-dedicated for one of my bestfriend-

19 July 2013
@albert_karwur