Friday, August 2, 2013

Selamat Jalan, Kawan !



"Karena kita bebas dan muda. Kita akan berlari sejauh mungkin, sampai matahari tak bisa menggapai bayangan kita lagi. Mereka akan tahu, dan kaupun begitu. Arti persahabatan"

Sekotak impian sudah kutitipkan padamu. Tanda perpisahan setelah sekian lama bersama. Kau ternganga seolah tak percaya akan berpisah, akupun begitu. Dan kau, ya kau yang membaca ini akan tertawa. Begitu terbahaknya mengingat masa kecil kita. Masa keemesan dimana tidak ada politik maupun cinta. Masa kecil yang lugu dan polos. Tidak ada yang bisa membatasi aksi kebrutalan kita, cerita kenakalan dan perkelahian kita. Kecuali orang tua kita, tentunya. Cerita berharga yang hanya akan ada sekali, takkan bisa dibeli.

Jam 07.00 tepat kita sudah di sekolah, berlarian tak tau kemana. Akhirnya kita sampai pada sebuah pohon beringin yang cukup besar dan tua. Seolah ia mau menunjukkan betapa mudanya kita didepannya. Kaupun mulai menggapai gelantungan yang terurai jelas dari langit-langit beringin. Dengan ancang-ancangnya kaupun berayun dan bergelantungan. Dasar monyet lincah, pikirku. Akupun tak mau kalah, dan kugapai sehelai gelantungan lain dan berayun bersamamu. Sudah terbawa kemana, aku kembali tersadar dengan bunyi benda yang jatuh yang cukup keras. Dari bunyinya saja terdengar sakit. Aku melihat ke kanan, dan terlihat mukamu yang bodoh terjatuh dengan posisi terbaring lemas. Aku melihat matamu, kaupun melihatku. Kita terdiam, saling berpandangan. Tiba-tiba aku tertawa tak tahan melihat muka dongkolmu. Kaupun tertawa melihatku tertawa. Kenangan suatu siang di pohon beringin tua.

Lebih lucu lagi kenangan depan SMP Stella. Sepulang sekolah, kita pulang jalan berdua. Jaman itu masih jaman susah, tidak ada motor dan nasib kepulangan kita hanya ditentukan pemberhentian angkot di depan pegadaian. Harganya masih murah, Rp 1000 saja. Saat itu, kita sedang bosan. Sebosan-bosannya dan kita mencoba sesuatu yang berbeda. Awalnya kau bercerita tentang video stop-motion yang ada di youtube.com. Video itu menjadi menarik karena dikisahkan orang berjalan mundur. Dengan iseng, kita meniru adegan video itu dengan berjalan mundur dari SMP Stella sampai perempatan Monginsidi. Kebodohan kita terhenti dengan tetes hujan yang mulai berjatuhan dari langit. Kita pun berlari menyusuri jalan kearah cosmo. Berlari ditengah hujan. Derasnya hujan turun tidak akan mengalahkan kita, sebaliknya terasa seperti ekstasi yang membangkitkan sifat kekanak-kanakan kita. Seolah kita menunjukkan pada langit kalau kita lebih hebat darinya. Biar yang diatas melihat betapa bebasnya kita tertawa menikmati air hujan.

Malam ini cukup dingin dan tidak bersahabat. Malam yang mengantarkan kepergianmu ke pulau yang cukup jauh dari Jawa. Maaf tidak bisa memberi suatu barang kenangan. Mengingat itu, lucu rasanya. Sudah terlalu banyak benda persahabatan kita yang hilang. Mengingat betapa teledornya aku dan banyaknya cincin yang kau pakai. Jadi biar barang kenangan yang mengantarmu pergi adalah tulisan ini. Banci sekali rasanya membuat tulisan untuk laki-laki sepertimu. Tapi setelah kupikir-pikir, memang lelaki melankolis sepertimu cocok dengan hadiah seperti ini. Tulisan ini akan abadi di internet, jadi sewaktu-waktu kau bisa membukanya jika sedang merindukan sahabat-sahabatmu di Salatiga. Kelak kita akan bertemu kembali, suatu hari nanti. Biar sampai pada hari itu, kita meniti karir kita masing-masing. Tetaplah menjadi bodoh seperti itu, kudoakan yang terbaik untukmu. Selamat jalan, kawan !

"Kita sudah besar dan dewasa. Malam sudah mulai menyerang, aku harus pulang. Kau juga harus terbang, jadi pergilah. Kepakanlah sayapmu menuju negeri di balik awan. Ini bukan perpisahan, ini hanya jeda sampai senja menyambut. Kelak saat matahari sudah kembali turun, kita akan bebas berlari kembali. Sampai menua akan kutemani, dan kita akan tertawa terbahak menantang dunia"

-Dedicated for one of my best friend, selamat jalan, kawan !-

2 August 2013
@albert_karwur
 

No comments:

Post a Comment