Saturday, January 11, 2014

Gosip itu kata Sifat

Salah satu  tindakan yang paling saya benci di dunia ini adalah bergosip. Apalagi kalo tidak hanya membicarakan orang lain, tapi lebih merujuk kepada menjelek-jelekkan orang lain. Tidak ada gunanya, tidak ada hikmahnya. Kalanya pada jaman sekarang banyak sekali manusia dengan jenis seperti ini. Saking banyaknya, mungkin kini kata kerja tersebut dapat digolongkan dalam kata sifat. Iri hati, dendam, terluka, salah pengertian, dan masih banyak lagi alasan manusia melakukan tindakan ini. Apalagi kalau anak muda jaman sekarang yang biasa habis putus, pihak laki-laki menjelek-jelekkan mantannya; begitu pula pihak perempuan. Seringkali tindakan ini juga dijadikan propaganda politik untuk menjatuhkan seseorang. Seseorang menyebar isu yang nyentrik, dan umumnya bersifat menjatuhkan dengan tujuan agar pandangan masyarakat sekitar berubah.

Dapat dikatakan dalam peristiwa ini ada 3 pihak. Pihak pertama adalah orang yang memiliki masalah dengan orang lain (pihak kedua), sedangkan pihak kedua bergosip pada lingkungan pertemanannya (pihak ketiga). Umumnya dalam keadaan begini, pihak pertama dan kedua akan saling menjelek-jelekkan satu sama lain pada pihak ketiga. Saya kira ini cukup keliru. Sifat kekanak-kanakan untuk bergosip ria ini pasti sangat disebabkan oleh terlalu sempitnya pikiran sehingga tidak mau berpikir objektif; berpikir dalam banyak perspektif. Pasti setiap orang yang melakukan tindakannya berbuat demikian sehingga membuat orang lain tersinggung karena berpegang pada nilai kebenarannya. Ia merasa tindakannya paling benar; dan tentunya sejalan dengan ideologi yang dianutnya sehingga pada akhirnya bergosip pada pihak ketiga, dengan harapan untuk menyelesaikan masalah, ataupun kepuasan semata. Hina sekali.

Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah membuatnya tambah parah. Masalah akan melebar ke lingkungan. Sekalipun akhirnya masalah terselesaikan; tetap akan menyisakan noda dalam benak lingkungan sekitar. Masalah seperti ini dapat terselesaikan dengan bertemunya pihak pertama dan kedua secara empat mata, dan bermusyawarah untuk menemukan titik terang dari permasalahan tersebut. Saya kira, masyarakat dewasa semestinya tau akan solusi ini namun tidak pernah terbersit untuk melakukannya. Kalaupun ada, pasti merupakan kaum minoritas.

Harapan saya hanya agar dunia ini bisa menjadi tempat yang lebih nyaman tanpa kehadiran perilaku-perilaku tidak terpuji seperti itu. Toh, kalaupun digosipkan seperti itu biarlah nantinya lingkungan sekitar yang menjudge sendiri apakah orang tersebut sesuai seperti yang digosipkan atau tidak.


@albert_karwur
11 January 2014

No comments:

Post a Comment