Monday, January 13, 2014

Parfummu


Aroma yang kau sebar, bukan yang kusukai. Baunya bukan seperti ini, lebih lembut; yang ini rasanya seperti bau pohon cemara ditengah hujan gerimis. Pilu, seolah berwarna biru. Bau ini terasa pekat di hidungku, sangat menyengat; tidak seperti raut di wajahmu. Jangan kau gambarkan tawa dengan bau ini, terasa munafik.

Darimanakah kau dapat wewangian ini? Kudengar parfum ini kau dapati dari kios di persimpangan jalan menuju tugu tua. Kuakui, parfum buatan kios tersebut banyak disukai orang, hanya saja tidak cocok denganmu. Ini terlalu pekat dengan bahan-bahan anorganik; mungkin saja sudah tercampur dari bahan-bahan yang dapat merusak kulitmu.

Lihat mukamu, palsu bukan? Sudahlah, jangan menangis. Aku sudah tau reaksimu akan begitu, klasik sekali. Aku tidak marah kok. Kenapa sedih ? Kau rindu dirimu yang lama bukan ?

Beruntungnya aku sudah siapkan resep parfummu itu, karena aku sangat suka itu. Bahan-bahannya organik, langsung dari taman desa kok. Kau hanya butuh 3 buah jahe pertemanan, 2 siung bawang semangat, dan setetes madu kekeluargaan; rebus dengan daun tawa. Jadilah parfumnya; kini, semprotkan saja sekali ke tubuhmu.

Harum kan?
Kenapa hanya menyengir?
Kau pasti senang kan?

Aku sudah tau reaksimu akan begitu, klasik sekali.




@albert_karwur
13 January 2014

4 comments:

  1. rahasia utama dari pure of happiness yaak. . .
    hehehehehe

    ReplyDelete
  2. itu cuma pencitraan aroma parfum sebagai suasana hati..
    tp jgn dicoba beneran mbuat parfum itu :D
    hahaha

    ReplyDelete
  3. pencitraan aroma parfum sebagai suasana hati? hmm... such a great poem :)

    ReplyDelete
  4. Apayang terpancar melalui wajah itu juga bisa menjadi pancaran suasana hati. . .
    :D
    Nice! (y)

    ReplyDelete