Wednesday, August 8, 2012

Kisah Anak Dosgrep

Posting blog kali ini sekedar untuk melunasi utang-utang nggak ngepost selama kurang lebih 2 bulan. Nantinya cerita tentang kisah perjalanan selama liburan akan menyusul ya ! kali ini aku ngambil cerita dari pengalaman sekolah. Maaf kalau jelek, ga mutu, dsb. Maklum, penulis pada posting kali ini memakai metode yang berbeda dari biasanya(nulis di kertas terus disalin ulang di blog). Kali ini juga memakai sudut pandang yang berbeda. Selamat menikmati.

*dosgrep : kotak berisi perlengkapan sekolah.

Alkisah hiduplah seorang anak SMP kelas X yang sangat senang karena dibelikan oleh-oleh dari sang ayah yang baru pulang dari dinas ke Jakarta. Oleh-oleh yang dibelikan ayah tercinta adalah sebuah 'dosgrep'*. Anak polos yang baru lulus sekolah dasar itu sangat senang. Lalu karena dosgrep itu masih kosong, pergilah anak itu membeli bolpoin di koperasi sekolah menggunakan uang jajannya(uang jajan jaman segitu : sehari 4000 ; 3000 angkot ; 1000 jajan).

Setelah bersusah payah menabung dengan pendapatan 1.000/day, terkumpulah kurang lebih 6.000 rupiah dan pergilah bocah itu membeli 3 bolpoin standard AE-7 fine(lagi trend jaman itu).

Giranglah anak itu dengan 3 bolpoin barunya serta dosgrep baru dari ayahanda. Merasa bangga dengan jerih payahnya, anak itu memamerkan barang-barang barunya pada teman-teman sekelasnya(layaknya anak SD habis dibeliin tamiya, beyblade, etc).

Rupanya kegembiraan anak ini tidak bertahan lama. Kecewalah anak ini saat ia mengetahui temannya memiliki bolpoin tercanggih(saat itu) yang harganya kurang lebih 13.000 rupiah(kalo ga salah sih :p) alias hi-tech.

Karena merasa di kalahkan(anak kecil ini ga mau kalah), anak ini mati-matian menabung dengan pendapatan 1.000/day tadi hanya untuk membeli bolpoin yang terbilang tercanggih pada saat itu.

Anak ini puasnya bukan main setelah berhasil menabung berhari-hari berpuasa di sekolah(bayangkan ibarat anak kecil yang udah nahan kencing 1 jam dan akhirnya kesampean juga).

Dengan begini, isi dosgrep anak ini adalah :
3 bolpoin standard;
1 hi-tech
..
.
Anak ini sadar dia bodoh melupakan aspek penting antara alat tulis di dosgrepnya yaitu penghapus alias tip-ex. Setelah survey, didapatilah harga tip-ex kurang lebih 5.000 rupiah(merk kenko, kalau ga salah jaman segitu harganya 5.000).

Dimulailah kembali ujian puasa untuk menyisihkan uang jajan guna membeli tip-ex. Dan setelah perjuangan melawan maag, anak ini akhirnya berhasil memiliki tip-ex kenko. Namun, kegembiraannya sirna saat mengetahui temannya memiliki tip-ex yang jauh lebih canggih dari kepunyaanya(yang modelnya seperti selotip, ga pake tinta cair tapi pake kertas).

Kembalilah anak ini merasa kalah dan menabung. peluh demi peluh bertetesan(yang ini berlebihan). Singkat cerita anak ini berhasil membeli barang keinginannya. Dan parahnya hal ini berlanjut terus menerus(kecewa & menabung). Terjadi berulang-ulang dan bak sebuah siklus dalam metagenensis(?). Kira-kira semua pengeluarannya mencapai 40.000 lebih total semua barang yang dibelinya. Namun, semua berakhir pada sebuah tragedi beruntun.

Tragedi ini dimulai dengan kejadian pada saat ulangan. Anak ini memakai hi-tech kesayangannya untuk mengerjakan ulangan tersebut. Saking bisanya ngerjain ulangan(wejiaaan), anak ini kelewat semangat dan tanpa disadari ujung hi-technya patah. Bolpoin termahal se-antero SMP LAB itu patah bak hati anak itu. Bolpoin itu sudah tidak bisa dipakai lagi = useless.

Galau.
Belum sampai seminggu, terjadi tragedi beruntun yang membaut anak ini tambah ngenes+nyesek. Mulai dari persitiwa bolpoin-bolpoinnya yang hilang, tip-ex yang mbleber, bolpoin kesayangan macet, dsb.

Anak ini depresi berat lalu jadi gila. Ia lari keliling sekolah telanjang bulat dengan kolor di kepala dan dikeluarkan dari sekolah. Tapi sejak berobat ke klinik tong fang ... ini ngaco.

Oke, paragraf diatas salah. Back to main story :

Anak ini galau dan parahnya kerjadian ini berulang terus-menerus hingga didapatinya isi dosgrepnya kosong tak berguna. Hancur sudah hati anak ini.

Sejak saat itu, anak itu sadar dan mendapat sebuah pencerahan(wangsit). Anak itu tidak lagi membawa dosgrepnya ke sekolah. Ia meminjam semua keperluannya(bolpoin, tip-ex, dll) ke teman-temannya. Ia sudah kapok dengan semua usahanya berpuasa di sekolah untuk menyisihkan uang jajan membeli perlengkapan sekolah .

Semenjak mendapat pencerahan, anak ini hanya membeli pensil dan setip(penghapus) karena lebih efektif(pensil ga bisa habis tintanya, macet, etc), dan perilaku meminjam bolpoin, tip-ex, rautan, dll terus berlanjut dan menjadi sebuah kebiasaan yang terus dibawanya sampai sekarang.

Ya sampai terakhir SMA kelas 12, anak itu selalu membawa kebiasaan itu. Itulah asal-usul penulis selalu gak modal minjem-minjem alat tulis dan sukanya pake pensil.

Sekian dulu tulisan kali ini, maaf ga berguna :p

@albertkarwur
8 August 2012

No comments:

Post a Comment